Kamis, 12 Juni 2008

Tauziyah hari ini - Bagaimana Memilih Teman dalam Islam

Bismillahirrohmanirrohim,Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Oleh : Ahmad Nugroho

Berteman atau mencari teman adalalah merupakan kodratiyah dari Allah SWT terhadap ciptaannya yang namanya 'Manusia'. Berteman atau mencari teman adalah salah satu fungsi sosial manusia di muka bumi ini. Tidak satupun manusia bumi ini mampu hidup sendiri dan tanpa teman. Manusia akan cenderung hidup berkelompok dan mencari lingkungan. Oleh karena itu betapa banyak hadists yang menerangkan bahwa perlunya sesama muslim diperbanyak saling melakukan silaturahmi, sebab dengan silaturahmi itu akan memperbanyak risky, memperpanjang umur dan terjadi kekuatan Ukhuwah.

Namun dibalik faedah yang besar tersebut, ternyata tidak sedikit dengan pertemanan itu malah menimbulkan kemudhorotan atau kerusakan yang lebih parah. Hal ini tentu disebabkan karena kita salah dalam memilih teman. Tidak sedikit dengan pertemanan itu seseorang malah terjerumus dalam pergaulan bebas, berjudi, diskotik dan bentuk-bentuk maksiat lainnya. Tidak sedikit justru dengan pertemanan yang salah menimbulkan saling bunuh, saling fitnah, saling caci dan sederetan hubungan negatif lainnya. Tidak sedikit pula rumah tangga yang harus meng-grounded perkawinannya karena salah di dalam memilih suami, yang notabene dulu adalah mantan temannya. Mengapa bisa terjadi demikian ?? jawabannya karena kita SALAH di dalam memilih teman, karena kita tidak memakai rambu-rambu akidah bagaimana memilih teman.

Bagaimana Islam mendidik umatnya dalam memilih teman ?? dibawah ini ada beberapa tip, bagaimana memilih teman yang baik dalam Islam.

1). Pilihlah teman yang baik.
Baik dalam arti latar belakangnya, pendididkannya, agamanya, pandangan hidupnya, kemampuannya dan segudang hal-hal baik lainnya. Teman yang baik akan membawa kepada kehidupan yang lebih baik pula. Tidak sedikit seseorang bisa hidup bahagia bahkan bisa terkenal dan kadang menjadi pemimpin, disebabkan karena memilih teman yang pas dan baik. Tidak sedikit pula orang yang akhirnya menjadi murtad karena salah dalam memilih temannya. Rasulullah bersabda, "Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

2). Persahabatan dalam mencintai kepada Allah SWT
Persahabatan yang baik itu jika didasarkan atas kecintaan masing-masing kepada Allah SWT. Jadi persahabatan yang mutualistis itu jika persahatan itu memiliki fikroh (pola pikir dan pandangan) yang sama yaitu fikroh Islam, sebab pertemanan dalam fikroh yang sama ibarat sebuah bangunan yang saling melengkapi. Yang satu jadi jendela, yang satu penutupnya, yang satu jadi atapnya yang satu jadi ubinnya, dll. Rasulullah SAW pernah bersabda : "Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, 'Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku." (HR. Muslim)

3). Persahabatan dengan eskpresi yang tulus.
Persahabatan itu harus didasarkan kepada dasar saling membutuhkan, bukan bersahabat karena ada kebutuhan. Sehingga jika sudah merasa saling membutuhkan, maka pertemanan itu akan tulus, rilek, tidak tertekan, saling mengisi dan simbiosis mutualistik dengan sendirinya, akhirnya akan memunculkan, murah senyum, penuh perhatian, tidak ambisi, tidak memaksakan kehendak, bermuka manis dan saling tegur sapa. Persahabatan yang tidak diekspresikan dengan tulus, maka kadang bisa menyebabkan salah satunya memutuskan silaturahmi, membenci dan saling olok atau bahkan kalau ada yang tega melakukan teror. Dalam ranah ini Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjum-pai saudaramu dengan wajah berseri-seri." (HR. Muslim dan Tirmidzi).

4). Saling memberikan Nasehat,
Pertemanan yang baik adalah saling memberi nasehat, seperti apa yang sudah difirmankan Allah SWT dan surat Al-Asr "watawa soubilhaq, watawa soubilsobr'. dan prinsip menasehatai ini adalah dalam rangka menolong teman, adanya keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi. Misal seseorang ahwat yang karena sifat pekerjaannya, maka terpaksa ia harus kerja lembur setiap malam, pulang larut malam, namun ketika dari nilai syariah dipandang ini bisa menimbulkan fitnah dan berbahaya bagi dirinya, maka nasehat semacam ini perlu diberikan agar ia berpikir ulang atas kebiasaannya tersebut. Teman yang nilai persahabatannya jujur, tentu tidak akan marah jika yang satu telah memberikan nasehat, sehingga tidak perlu ada ketersinggunggan atau marah ketika yang satu memberikan nasehat. Sebaliknya jika sebagai sahabat malah mendiamkan kebiaan tersebut, maka bisa dimungkinkan kita tergolong orang-orang yang dzalim.

5). Sabar dan berbaik sangka
Teman yang baik tentu ia akan menyikapi nilai persahabatan dengan sabar, ia akan menolong apa yang dibutukan temannya dengan sabar dan baik, bukan malah sebalikya kita jaga jarak, berprasangka negatif, dicibir, dll. Ketika kita melihat sikap sahabat kita kurang mengena, maka kita harus hadapi dengan lapang dada dan sabar, serta berbaik sangka (huznudzoh). Bgaimanapun manusia sudah wajar ketika dijumpai adanya kekurangan, baik itu phisik, kebiasaan, cara pandang, dll.Rasulullah pernah mangajarkan kepada kita bagaimana berdoa :"Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku." (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata 'shahih'). Ini mengisyaratkan bahwa kita diminta untuk selalu berpikir positif dan berbaik sangka dalam hubungan pertemanan.

6). Manjaga Rahasia
TEman yang baik tentu harus bisa menjaga terhadap rahasia sahabatnya, teman yang sejati selalu akan amanah apa-apa yang pernah kita tahu dari sahabat kita, termasuk mungkin aib dan hal-hal lain yang akan menimbulkan fitnah ketika hal itu dibeberkan kepada umum. Rasulullah pernah mencontohkan dalam kehidupan beliau : Annas Radhiallaahu anhu berkata, "Nabi Shalallaahu alaihi wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya." (HR. Al-Bukhari).Jadi perteman atau persahabatan dalam Islam itu harus memiliki syarat dan dasar yang jelas yaitu adanya kesemaan fikroh dan atas dasar kecintaan kepada Allah SWT. Diharapkan dengan adanya landasan yang kuat spt ini, maka persahabatan akan langgeng, bukan pertemanan yang karena hanya urusan duniawiyah semata, misalnya pertemanan karena ada bisnis, atau pertemanan karena ada proyek, dll. Dalam bentuk pertemanan yang seperti ini biasanya tidak langgeng dan bukan merupakan pertemanan sejati, sebab mereka ada karena ada sesuatunya. Allah berfirman, dalam Qur'an yang artinya, "Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67) - Walahualambisowab

Semoga bermanfaat Subhaanaka-lloohumma wa bihamdika, Asyhadu an-laailaahailla anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika...jazakumullahukhoiron ktz.Wassalamualaikum wr. wb.

*************************************
Mau belajar Al-Islam dan berita2 sekitar dunia Islam ?? silahkan klik disini : tauziyah-subscribe@yahoogroups.com Atau mau melihat artikel sebelumnya silahkan kunjungi web-site kami : http://www.tauziyah.com/

Tidak ada komentar: