Rabu, 10 September 2008

Surga ditelapak kaki "IBU"

Assalamu'alaikum wa rahmatullah Pak Ustadz

Pak Ustazd, yang saya hormati saya ingin menyampaikan pertanyaan dari teman kerja saya,
mengenai cerita seorang anak yang mencuci telapak kaki ibunya, dan air cucian kaki tersebut
diminum oleh anaknya ? Karena saya tidak punya kapasitas untuk menjawab ini mohon bantuannya
kepada Pak Ustazd untuk menjawabnya, apakah ini termasuk Bid-ah ? Kalau memang ada hadistnya,
mohon dijelaskan ?
Menurut teman saya "surga ditelapak kaki ibu" jadi kalau mau sukses / berkah hidupnya harus melakukan ini !
Apakah benar argument teman saya ini ? Apakah Nabi Muhammad S.A.W pernah melakukan ini terhadap ibu beliau?

Wasallam

Initial (T)

*********************************

Jawab :

Waalaikumusalam wr wb,

Mbak. (T) -, senang berjumpa dengan anda melalui email ini, tapi kalau boleh tidak usah panggil saya ustad, krn kalibersaya bukan ustad. Kita sama2 belajar, saya dan anda sama yaitu masih belajar.

Pada persoalan anda, kalimat : "Surga Berada dibawah Telapak Kaki Ibu" ........ itu sebenarnya adalah sebuah kiasan, dimana kalau kita ingin mendapat surga, maka berbaik-lah kepada orang tua terutama ibu. Karena ibulah tempat kita di besarkan baik sewaktu alam rahim maupun setelah lahir ke dunia. Jadi jasa ibu sangatlah besar, Hal ini didasarkan dari hadits diriwayatkan oleh Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, lalu bertanya, "Ya Rasulullah! Siapakah manusia yang
paling berhak aku pergauli dengan baik? "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab, "Ibumu". Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Ibumu" Dia bertanya lagi, "Kemudian
siapa?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Ibumu". Dia
bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab, "Bapakmu". (HR. Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab al-Birr wa
ash-Shilah)

Dari hitunganannya saja sudah jelas, bahwa Rasul kita meminta anak untuk selalu hormat kepada ortu, terutama ibu, hal itu terulang sampai 3X, ini menunjukkan derajat kesahihan hadits tsb bahwa kita sebagai anak sudah sewajarnya berbuat baik kepada ortu terutama ibu. Bahkan untuk masuk surgapun seorang anak harus mendapat keridhoan dari kedua orang tuanya. Jika anak pernah durhaka dan menyakiti ortu, mungkin tidak akan mendapat meskipun hanya bau surga sekalipun. Oleh karena itu pepatah "Surga berada dibawah telapak kaki ibu" itu mejadi arti kiasan yang maknanya sangat dalam dan dalam islam kita mengenal burrulwalidhain (berbuat baik kepada kedua orang tua).

Bahkan kita dianjurkan selalu menjada dan berbuat baik kepada ortu, referensinya Quran : "Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak,." (QS. an-Nisa: 36)
bahkan dilarang mengatakan "ah'.......... sekalipun kepada ortu. Hal itu dijelaskan dalam Qur'an : "Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "Ah", dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS: al-Qur'an-Isro: 23)

Jadi sekarang jelas permasalahannya ketika ada orang yang secara phisik meminum air bekas cucian ibunya itu adalah sebuah perbuatan yang tidak ada tuntunannya dan kalau perbuatan tsb tidak ada dalilnya bisa dikatakan mengada-ada dan bisa terancam haram / bid'ah. Dalam catatan hadits, saya kok belum pernah mambaca ada hadits yang begitu "ekstreem" .......... yaitu meminum air bekas cucian kaki ibu. Penghormatan kepada ibu adalah penghormatan biasa atas seorang anak kepada orang tuanya, namun caranya tidak perlu berlebihan. Orang yang bisa dipakai contoh di bumi ini adalah hanya Rasullulah, Hal itu jelas diperintahkan Allah SWT : bahwa sebaik contoh kehidupan manusia adalah pada diri Rasullulah SAW. - selain itu tidak ada, nah Rasul saja tidak pernah mencontohkan hal itu, maka tidak ada tuntunan bagi kita untuk melakukan hal semacam itu.

Hal-hal diatas (penghormatan kepada orang tua) - menjadi gugur ketika orang tua sudah melakukan makar terhadap Allah SWT. Makar dimaksud adalah melakukan maksiat dan bergelimang dosa dan tidak pernah melakukan tobat. Dalam hal semacam ini anak tidak harus tunduk dan patuh kepada orang tua - bahkan diperbolehkan untuk menentangnya. Kehidupan modern yang di tandai dengan habisnya waktu ortu untu berburu duniawi, maka kadang dia lupa bahwa tugas mendapat berkah anak adalah untuk dididik agar kelak dia menjadi "Qhoirunnas" - (manusia yang baik). Akibat dari itu, ortu kadang lupa dalam hal mengingat Allah, bahkan cara-cara maksiatpun sering dilakukan. Dalam keadaan spt itu, maka tidak semestinya anak harus tunduk dan patuh pada orang tua. Jadi orang tua yang sudah makar terhadap Allah SWT, tidak pantas untuk dijadikan Pemimpin dan contoh dalam kehidupan Rumah tangga. Untuk itu jelaslah bahwa menjadi ortu yang baik dan memiliki tanggung jawab itu menjadi tugas dan Amanah Allah SWT yang harus dilaksanakan ortu di dunia ini. Jadi kalau kita ingin dihormati dan dihargai anak, maka mulailah dari diri kita sendiri melaksanakan pendidikan Islam di tengah lingkungan Rumah tangga.

Jadi kembali pada persoalan bahwa penghormatan kepada ibu itu tidak semestinya dilakukan dengan berlebihan semacam itu, bahkan malah tidak ada tuntunannya sama sekali. oleh karena itu kita harus menghindari hal-hal yang sama sekali tidak ada tuntunnya, agar apa yang kita lakukan ini semua mengandung nilai ibadah karena dicontohkan dan ada firmannya yang mendukung. Demikian yang bisa saya sampaikan semoga bermanfa'at, jika ada yang ingin menambah silahkan agar, khasanah keilmuannya menjadi semakin banyak, terima kasih. Wassalamualaikum wr wb

baz

3 komentar:

Cara sabar mengatakan...

Tergantung kyakinan masing2 jngn asl mnyalh kan ingt ibu adlh sgalanya walau ga ad hadits nya mungkin ad dlam kitab2 kuning yg mngajrkan tertntu

Cara sabar mengatakan...

Tergantung kyakinan masing2 jngn asl mnyalh kan ingt ibu adlh sgalanya walau ga ad hadits nya mungkin ad dlam kitab2 kuning yg mngajrkan tertntu

Mahbub MR mengatakan...

kalo masalah fiqih, boleh berbeda2, tergantung mazhab masing2..
tapi ini kan mencakup kepada ruang lingkup akidah, karena sangat terikat pada perbuatan yg diyakini .. kalau salah sedikit itu sangat fatal..

saya sangat setuju dengan pa ustad yg menerangkan dengan sangat jelas..
untuk anda yg tidak bernama, ketahuilah, bahwa kitab kuning iti bersumber kepada hadits dan Alqur'an.. tidak serta merta mengarang semaunya..
sekian terima kasih ..