From: Emilda Vinarni
To: tauziyah@yahoogroups.com
Subject: [Tauziyah] (unknown)
assalammualaikum..
sy mau tanya..bagaimana membina hubungan yg baik dan awet dg suami.sementara ego kami masing-masing sangat keras kepala, dan susah buat kami untuk saling mengalah. terima kasih
***********************
Jawab :
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Mb. Emilda, saya mencoba menjembatani kerisauan hati anti (anda), terhadap keadaan rumah tangga sekarang ini, dan saya coba berikan salah satu tip yang mungkin bermanfaat untuk menjembatani ini, namun perlu diketahui ini hanya salah satu saja, diantara ratusan cara yang mungkin masih akan disampaikan yang lain.
Masalah anda adalah adanya ego yang berlebihan di masing2 posisi (suami dan istri) yang mana satu dengan yang lain sulit mengalah. Kalau kita buka kamus Ilmiah populer, ego itu artinya = diri sendiri, kedirian, aku, dsb........... sedang sifat dalam manusia di sebut egois. Egois = adalah Orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Bicara ego, itu adalah sebuah sifat yang secara kodarnya (paket) dari Allah SWT bahwa manusia selalu memiliki ego. Ego bila tidak dikendalikan maka menjadi merusak orang yang memiliki ego itu, namun jika dikendalikan, maka ego dapat mengarahkan kepada manusia untuk lebih positif dan produktif. Dengan kata lain ego itu tidak selamanya jelek dan berkonotasi negatif.
Permasalahannya adalah sekarang bagaimana kalau itu terjadi di dalam rumah tangga ?? nah saya akan mengupas sedikit kaitannya dengan bagaimana dilihat dari kacamata Islam, sbb saya yakin andapun dulu nikah dan bersuamikan orang Islam bukan ???. Karena mailist ini berafiliasi ke Islam, maka solusi yang saya sarankan nantinya adalah menurut kacamata Islam.
Dalam berkeluarga (suami maupun istri) - jika dikembalikan kepada visi dan misi pernikahan yang islami, maka sikap ego itu sebenarnya tidak perlu muncul atau dominan di tengah perkawinan seseorang, karena apa ?? karena masing-masing peran itu ada tugas masing-masing yang berbeda dan tidak mungkin berbenturan satu dengan yang lain. Coba misalnya kita ambil contoh : tugas memasak di dalam rumah tangga. Sudah otomatis itu menjadi tugas istri, karena tugas suami adalah mencarikan nafkah. Dimana berbenturannya ego ?? sebenarnya tidak ada.!!! Masalah bekerja misalnya : suami tidak mungkin memaksa istrinya untuk bekerja menambah kocek rumah, sementara ini adalah tugas dan kewajiban dia. Dimana ada berbenturan ego ?? Pengertian saya adalah dengan kasus anda ini adalah, ego dimana satu dengan yang lain tidak mau ngalah, sehingga kehidupan anda tidak harmonis. Kalau mungkin masalah2 kecil, misalnya : Suami melihat TV channel A, sedang anda maunya B, maka sebagai istri yang sholehah, tentu anda mengalah, atau kalau mau dibilang setengah sholehah, yah bilang saja "Abi beli satu TV lagi dong, saya kan jadi terganggun lihat telenovelanya kalau abi selalu nongkrong di TV" - itu kan cukup, apanya yang mesti dibawa kepada ego ???
Mungkin kasus lain, mendidik anak, maka karena istri adalah sebagai wakil suami dirumah yang tugasnya, salah satunya adalah menjaga harta suami dan menjaga kehormatan dirinya thd orang lain, maka tentu mendidik anak adalah menjadi tugas istri, bukan tugas suami yang sudah seharian bekerja. Apakah suami setelah capek mencari nafkah, dirumah masih dibebani lagi dengan tambahan pekerjaan mendidik anak ??? - namun kalau dalam pendidikan akhlak, maka suamilah yang harus berperan, karena dia bertugas sebagai kepala rumah tangga dan dia adalah Imam di dalam RT. So What else ?? yang mesti di bawa kepada ego ???? Jd kalau masing2 peran, dipahami, tidak mungkin akan timbul ego, sebab satu dan lainnya memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda.
Apakah anda sebagai istri tahu tugas-tugas besar seorang istri di dalam rumah tangga ?? kalau belum ini sekilas garis besarnya :
1. Takwa kepada Allah SWT
2. Mengenal dan memahami suami
3. Taat kepada suami dan menjaga kehormatan keluarga jika bergaul
4. Bersikaplah Qona'ah (merasa cukup) - apapun : Ekonomi, sifat suami, Wajah suami, Kepandaian suami, dll
5. Menjaga harta (barang dan anak-anak) dan menjaga amanah yang diberikan suami
6. Melayani suami dan menguruskan rumah tangganya dengan baik
7. Flexible dalam menerima pendapat suami
8. Menyenangkan hati suami (penampilan, pelayanan, dsb)
9. ....... dll
Jika sudah tahu tugas ini, mustahil akan berbenturan dengan ego masing-masing. Memang dalam kehidupan modern dan derasnya dorongan budaya barat tentang 'Persamaan Haq' - 'Emansipasi Wanita' - HAM, dll itu, akan mendorong wanita akan bertindak berlebihan, sehingga tidak tahu batas-batas mana-mana yang ini melanggar syariat, dan mana2 yang tidak. Coba bayangkan ketika persamaan haq digelindingkan oleh orang2 NONIS (Non Islam) - maka sekarang kebanyakan istri2 sudah tidak betah lagi di rumah, mereka lebih senang bekerja, meskipun bukan uang yang mereka cari, tapi lingkungan yang mereka cari. ARtinya ketika istri bekerja, maka dia memperoleh lingkungan, ada teman ngrumpi, ada teman yang bisa di ajak curhat, dll. Meskipun tidak semua wanita spt ini, namun ini adalah ekses, ketika wanita modern menuntut kepada kaum laki2 persamaan haq. Banyak wanita perkantoran yang akhirnya keluar dari nilai2 syariat, misalnya : pulang larut malam, ketemu suami di rumah sudah sama2 loyo, istri tidak sungkan berhaha-hihi-hehe di kafe dengan kelompoknya, laki perempuan campur baur tidak kenal batas dan ratusan lagi ekses yang timbul sebagai akibat tuntutan istri thd persamaan haq, emansipasi, HAM dsb itu.
Nah oleh sebab itu, sebagai wanita, ada baiknya menjaga diri dari fitnah, dan mencoba menjadi pendamping suami yang baik, sehingga suami tidak ada kesempatan lagi untuk bermaksiat. Jika itu yang terjadi, maka istri ini boleh dikatakan sbg istri yang berhasil. Lalu bgm untuk mendapat suami yang bisa membawa keluarga : Sakinah-madah-warohmah ?? maka jawabnya adalah : sebelum nikah, maka sebaiknya pilih suami yang memenuhi syarat2 islami. Apa itu ?? yaitu pilih suami yang dengan kriteria sbb :
a). Pilihlah suami yang agamanya baik
b). Pilih suami yang akhlaknya baik (takwa)
c). Pilih suami yang selalu menjauhi maksiat, baik yang kecil maupun besar. (mis : menghindar melihat seronok dangdut, tidak minum khomer, jauh dari dzina, dll)
d). Kuat semangat membela agamanya
e). Lihat keluarganya dari keluarga yang shalih
f). Dia to'at kepada orang tua (sendiri maupun calon mertua)
g). Mandiri dalam ekonomi
h). Kualitas intelegensi/pendidikannya setara atau lebih tinggi
i). Dewasa (mampun mengendalikan emosi)
j). Cerdas dan efisien dalam pengambilan keputusan
k). ........dll
Jika syarat2 untuk mendapatkan suami ini sudah dipahami, maka cari tipe suami yang spt ini. Namun tidak sedikit ahwat atau muslimah yang awalnya terjebak dalam pencarian yang 'rupawan' dulu, alias emosinya mengedepan dari pada nalarnya. Akibatnya setelah didapat yang rupawan, dan tanpa mempertimbangkan yang lain-lain, maka kandaslah bahtera di tengah jalan dan bubarlah rumah tangganya. Apa yang di dapat ?? tidak ada kecuali status 'janda'........ masih mending kalau cuma cerai ?? kalau ada KDRT apa untungnya dapat yang beginian ?? Hm .................
Nah maka mari, mulai pelan2 kita evaluasi kenapa saya memiliki suami yang ego ?? apakah dulu saya memilih yang sudah benar ?? ataukah waktu itu saya hanya memilih berdasar emosi saja ?? atau saya hanya dipaksa nikah dengan orang yang tidak saya sukai ?? atau apa ?? mari kita muasabah (menimbang) dan mengevaluasi lagi. Mudah2an kita bisa lebih mengedepankan ruhiyah kita dengan mengharap keridhoan Allah SWT dari pada harus mengedepankan emosi untuk menaklukkan suami agar egonya tidak dominan .............., semoga bermanfaat, kalau ada yang mau meluruskan atau menambah dipersilahkan - Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahatullahi wabarakatuh.
Baz
Sabtu, 04 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar