From: Euis
Subject: [Tauziyah] Mohon bantuannya...
Assalamu'alaikum wr wb
Pak ustadz yg Insya Allah dimuliakan Allah Swt, sy mohon pencerahan serta bantuannya. Adakah do'a/surah khusus yg bisa sy amalkan disaat hati sdg galau/sedih dan semangat sdg turun ? Krn belum lama ini berbagai musibah (kematian) dan masalah datang silih berganti menimpa keluarga sy, terutama pada diri sy. Sy butuh pegangan yg kuat dan ketenangan hati utk bisa melewati cobaan ini.
Semoga Allah Swt senantiasa melindungi dan merahmati pak ustadz beserta keluarga. Amiin..
Bisa dibalas via japri..Terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr wb
Euis
*************************
Jawab :
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Mb. Euis yang sedang galau, dengan email ini alhamdulilah kita bisa saling sharing masalah dalam forum yg terbatas ini, mudah2an dng sharing itu, kegalauan anda bisa berkurang, dan insyaAllah, atas seijin Allah maka hati anda dianugerahi dengan limpahan kebahagiaan.
Sambil menunggu ustadz yang kompeten, maka sejauh pengalaman saya, maka mari kita saling sharing pengalaman. Mb. Euis yang dirahmati Allah SWT, bicara musibah, itu adalah hal yang biasa dalam hidup. Setiap manusia, siapapun, kapanpun dan dimanapun, harus siap dengan musibah. Musibah yang lazim terjadi adalah, kematian orang2 terdekat dengan kita misal ortu, atau anggota keluarga yang lain. Sebab kita ini semua adalah makhluk hidup, yang dalam Qur'an disebutkan, bahwa : Qhulu nafsi idzratul mauti ......... yaitu 'setiap yang bernyawa akan mengalami kematian' .......... karena memang sudah sunatullah, maka kita harus menyikapinya dengan biasa dan tidak perlu berlebihan, apalagi dipikir mendalam hingga malah menyebabkan hati ini terdepresi dan akhirnya kita jadi stress .........
Dari mana musibah ???
Jadi bagaimana menyikapi musibah ? yha sudah kita sikapi dengan wajar, dan itu semua bisa terjadi dan pernah terjadi kepada siapa saja. Bahkan kalau mau kita runtut dari mana musibah, maka Allah SWT, sudah memfirmankan keadaan bumi dan manusia ini, bahwa musibah itu adalah sebuah 'buah' perbuatan, perbuatan siapa ?? jawabnya perbuatan kita sendiri. Allah SWT berfirman : QS Asy-Syuuro-30 :" Dan apa saja MUSIBAH yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. 42:30)"
Apa maksud ayat tsb, yaitu segala hal adalah karena ulah tangan kita sendiri, namun tidak berhenti sampai disitu saja, tapi Allah memberikan ma'af atas siapa2 yang tentunya dikehendaki dan yang tertimpa musibah tsb. Jadi ketika kita tertimpa musibah, maka bagi yang mengalaminya, maka mrk memiliki satu hikmah, yaitu dengan diampuninya dosa2nya ........
Semua kejadian di langit dan bumi ini sudah merupakan kehendak Ilahi, tak seorangpun mampu mengelak atau menunda barang satu detikpun, sehingga apapun yang di hadapi manusia, khususnya musibah, maka Allah SWT telah menghendakinya, spt dlam Qur'an At-Taghoobun - 11 :"
Tidak ada sesuatu MUSIBAHpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 64:11)"
Jadi dengan modal ayat diatas, untuk apa kita mesti gundah gulana ?? untuk apa kita bersedih hati ?? - toch semua sudah atas se izin Allah SWT yang mana ia menciptakan seluruh makhluk bumi ini. Tak satupun mampu kita ciptakan makhluk sejenis, dan tak satupun kita mampu memberi kenikmatan kepada ciptaan Allah ini.
Tapi ada tuntunan sbg muslim yang juga telah Allah ajarkan kepada manusia melalui nabi kita Muhammad SAW, yaitu dalam Surat Al-Baqoroh - 156 yang bunyinya :"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa MUSIBAH, mereka mengucapkan: Innaa lillahi wa innaa ilaihi raajiuun. (QS. 2:156)" - Itulah penghibur kita yang paling sederhana ketika kita ditimpa musibah maka ucapkan "Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji'oun" (sebenarnya kita ini diciptakan oleh Allah SWT dan kepada NYA pula kita kembali) .............
Oleh itu, silahkan selalu berdzikir, berdoa, dan selalu dekat kepada NYA, agar senantiasa kita mendapat bimbingan, dan dijauhkan dari musibah. Rasullullah pernah mengajarkan bagaimana berdo'a ketika ditimpa musibah, yaitu bisa ditemukan dalam musnad Imam Ahmad, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah mengucapkan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, ya Allah berilah aku pahala dalam musibahku ini dan gantilah untukku dengan sesuatu yang lebih baik," kecuali Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan akan memberikan kepadanya ganti yang lebih baik." (HR. Ahmad 3/27)
Jadi tuntunan resmi doa spt apa ketika ditimpa musibah, maka sejauh pengetahuan saya tidak ada, namun kalau itu berupa kumpulan do'a oleh Ulama atau mubaliq, maka banyak bisa kita jumpai di toko2 buku. Untuk itu sdi Euis, sudahi merenung, sudahi depresi itu, dan marilah muasabah (merefleksi diri) - kira2 apa yang salah dengan kehidupan-ku kemarin ??......... mudah2an dengan muasabah, maka ditemukan suatu keadaan yang mungkin menyebabkan kita mendapatkan hidayah dan kebahagiaan dikemudian hari. Maka mari, kita perbaiki kehidupan kita dan kwalitas ibadah kita kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahatullahi wabarakatuh.
Salam - Baz
Kamis, 16 Juli 2009
Sabtu, 04 Juli 2009
Bgmana Membina Rumah Tangga - sementara ego kami dominan ???
From: Emilda Vinarni
To: tauziyah@yahoogroups.com
Subject: [Tauziyah] (unknown)
assalammualaikum..
sy mau tanya..bagaimana membina hubungan yg baik dan awet dg suami.sementara ego kami masing-masing sangat keras kepala, dan susah buat kami untuk saling mengalah. terima kasih
***********************
Jawab :
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Mb. Emilda, saya mencoba menjembatani kerisauan hati anti (anda), terhadap keadaan rumah tangga sekarang ini, dan saya coba berikan salah satu tip yang mungkin bermanfaat untuk menjembatani ini, namun perlu diketahui ini hanya salah satu saja, diantara ratusan cara yang mungkin masih akan disampaikan yang lain.
Masalah anda adalah adanya ego yang berlebihan di masing2 posisi (suami dan istri) yang mana satu dengan yang lain sulit mengalah. Kalau kita buka kamus Ilmiah populer, ego itu artinya = diri sendiri, kedirian, aku, dsb........... sedang sifat dalam manusia di sebut egois. Egois = adalah Orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Bicara ego, itu adalah sebuah sifat yang secara kodarnya (paket) dari Allah SWT bahwa manusia selalu memiliki ego. Ego bila tidak dikendalikan maka menjadi merusak orang yang memiliki ego itu, namun jika dikendalikan, maka ego dapat mengarahkan kepada manusia untuk lebih positif dan produktif. Dengan kata lain ego itu tidak selamanya jelek dan berkonotasi negatif.
Permasalahannya adalah sekarang bagaimana kalau itu terjadi di dalam rumah tangga ?? nah saya akan mengupas sedikit kaitannya dengan bagaimana dilihat dari kacamata Islam, sbb saya yakin andapun dulu nikah dan bersuamikan orang Islam bukan ???. Karena mailist ini berafiliasi ke Islam, maka solusi yang saya sarankan nantinya adalah menurut kacamata Islam.
Dalam berkeluarga (suami maupun istri) - jika dikembalikan kepada visi dan misi pernikahan yang islami, maka sikap ego itu sebenarnya tidak perlu muncul atau dominan di tengah perkawinan seseorang, karena apa ?? karena masing-masing peran itu ada tugas masing-masing yang berbeda dan tidak mungkin berbenturan satu dengan yang lain. Coba misalnya kita ambil contoh : tugas memasak di dalam rumah tangga. Sudah otomatis itu menjadi tugas istri, karena tugas suami adalah mencarikan nafkah. Dimana berbenturannya ego ?? sebenarnya tidak ada.!!! Masalah bekerja misalnya : suami tidak mungkin memaksa istrinya untuk bekerja menambah kocek rumah, sementara ini adalah tugas dan kewajiban dia. Dimana ada berbenturan ego ?? Pengertian saya adalah dengan kasus anda ini adalah, ego dimana satu dengan yang lain tidak mau ngalah, sehingga kehidupan anda tidak harmonis. Kalau mungkin masalah2 kecil, misalnya : Suami melihat TV channel A, sedang anda maunya B, maka sebagai istri yang sholehah, tentu anda mengalah, atau kalau mau dibilang setengah sholehah, yah bilang saja "Abi beli satu TV lagi dong, saya kan jadi terganggun lihat telenovelanya kalau abi selalu nongkrong di TV" - itu kan cukup, apanya yang mesti dibawa kepada ego ???
Mungkin kasus lain, mendidik anak, maka karena istri adalah sebagai wakil suami dirumah yang tugasnya, salah satunya adalah menjaga harta suami dan menjaga kehormatan dirinya thd orang lain, maka tentu mendidik anak adalah menjadi tugas istri, bukan tugas suami yang sudah seharian bekerja. Apakah suami setelah capek mencari nafkah, dirumah masih dibebani lagi dengan tambahan pekerjaan mendidik anak ??? - namun kalau dalam pendidikan akhlak, maka suamilah yang harus berperan, karena dia bertugas sebagai kepala rumah tangga dan dia adalah Imam di dalam RT. So What else ?? yang mesti di bawa kepada ego ???? Jd kalau masing2 peran, dipahami, tidak mungkin akan timbul ego, sebab satu dan lainnya memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda.
Apakah anda sebagai istri tahu tugas-tugas besar seorang istri di dalam rumah tangga ?? kalau belum ini sekilas garis besarnya :
1. Takwa kepada Allah SWT
2. Mengenal dan memahami suami
3. Taat kepada suami dan menjaga kehormatan keluarga jika bergaul
4. Bersikaplah Qona'ah (merasa cukup) - apapun : Ekonomi, sifat suami, Wajah suami, Kepandaian suami, dll
5. Menjaga harta (barang dan anak-anak) dan menjaga amanah yang diberikan suami
6. Melayani suami dan menguruskan rumah tangganya dengan baik
7. Flexible dalam menerima pendapat suami
8. Menyenangkan hati suami (penampilan, pelayanan, dsb)
9. ....... dll
Jika sudah tahu tugas ini, mustahil akan berbenturan dengan ego masing-masing. Memang dalam kehidupan modern dan derasnya dorongan budaya barat tentang 'Persamaan Haq' - 'Emansipasi Wanita' - HAM, dll itu, akan mendorong wanita akan bertindak berlebihan, sehingga tidak tahu batas-batas mana-mana yang ini melanggar syariat, dan mana2 yang tidak. Coba bayangkan ketika persamaan haq digelindingkan oleh orang2 NONIS (Non Islam) - maka sekarang kebanyakan istri2 sudah tidak betah lagi di rumah, mereka lebih senang bekerja, meskipun bukan uang yang mereka cari, tapi lingkungan yang mereka cari. ARtinya ketika istri bekerja, maka dia memperoleh lingkungan, ada teman ngrumpi, ada teman yang bisa di ajak curhat, dll. Meskipun tidak semua wanita spt ini, namun ini adalah ekses, ketika wanita modern menuntut kepada kaum laki2 persamaan haq. Banyak wanita perkantoran yang akhirnya keluar dari nilai2 syariat, misalnya : pulang larut malam, ketemu suami di rumah sudah sama2 loyo, istri tidak sungkan berhaha-hihi-hehe di kafe dengan kelompoknya, laki perempuan campur baur tidak kenal batas dan ratusan lagi ekses yang timbul sebagai akibat tuntutan istri thd persamaan haq, emansipasi, HAM dsb itu.
Nah oleh sebab itu, sebagai wanita, ada baiknya menjaga diri dari fitnah, dan mencoba menjadi pendamping suami yang baik, sehingga suami tidak ada kesempatan lagi untuk bermaksiat. Jika itu yang terjadi, maka istri ini boleh dikatakan sbg istri yang berhasil. Lalu bgm untuk mendapat suami yang bisa membawa keluarga : Sakinah-madah-warohmah ?? maka jawabnya adalah : sebelum nikah, maka sebaiknya pilih suami yang memenuhi syarat2 islami. Apa itu ?? yaitu pilih suami yang dengan kriteria sbb :
a). Pilihlah suami yang agamanya baik
b). Pilih suami yang akhlaknya baik (takwa)
c). Pilih suami yang selalu menjauhi maksiat, baik yang kecil maupun besar. (mis : menghindar melihat seronok dangdut, tidak minum khomer, jauh dari dzina, dll)
d). Kuat semangat membela agamanya
e). Lihat keluarganya dari keluarga yang shalih
f). Dia to'at kepada orang tua (sendiri maupun calon mertua)
g). Mandiri dalam ekonomi
h). Kualitas intelegensi/pendidikannya setara atau lebih tinggi
i). Dewasa (mampun mengendalikan emosi)
j). Cerdas dan efisien dalam pengambilan keputusan
k). ........dll
Jika syarat2 untuk mendapatkan suami ini sudah dipahami, maka cari tipe suami yang spt ini. Namun tidak sedikit ahwat atau muslimah yang awalnya terjebak dalam pencarian yang 'rupawan' dulu, alias emosinya mengedepan dari pada nalarnya. Akibatnya setelah didapat yang rupawan, dan tanpa mempertimbangkan yang lain-lain, maka kandaslah bahtera di tengah jalan dan bubarlah rumah tangganya. Apa yang di dapat ?? tidak ada kecuali status 'janda'........ masih mending kalau cuma cerai ?? kalau ada KDRT apa untungnya dapat yang beginian ?? Hm .................
Nah maka mari, mulai pelan2 kita evaluasi kenapa saya memiliki suami yang ego ?? apakah dulu saya memilih yang sudah benar ?? ataukah waktu itu saya hanya memilih berdasar emosi saja ?? atau saya hanya dipaksa nikah dengan orang yang tidak saya sukai ?? atau apa ?? mari kita muasabah (menimbang) dan mengevaluasi lagi. Mudah2an kita bisa lebih mengedepankan ruhiyah kita dengan mengharap keridhoan Allah SWT dari pada harus mengedepankan emosi untuk menaklukkan suami agar egonya tidak dominan .............., semoga bermanfaat, kalau ada yang mau meluruskan atau menambah dipersilahkan - Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahatullahi wabarakatuh.
Baz
To: tauziyah@yahoogroups.com
Subject: [Tauziyah] (unknown)
assalammualaikum..
sy mau tanya..bagaimana membina hubungan yg baik dan awet dg suami.sementara ego kami masing-masing sangat keras kepala, dan susah buat kami untuk saling mengalah. terima kasih
***********************
Jawab :
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Mb. Emilda, saya mencoba menjembatani kerisauan hati anti (anda), terhadap keadaan rumah tangga sekarang ini, dan saya coba berikan salah satu tip yang mungkin bermanfaat untuk menjembatani ini, namun perlu diketahui ini hanya salah satu saja, diantara ratusan cara yang mungkin masih akan disampaikan yang lain.
Masalah anda adalah adanya ego yang berlebihan di masing2 posisi (suami dan istri) yang mana satu dengan yang lain sulit mengalah. Kalau kita buka kamus Ilmiah populer, ego itu artinya = diri sendiri, kedirian, aku, dsb........... sedang sifat dalam manusia di sebut egois. Egois = adalah Orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Bicara ego, itu adalah sebuah sifat yang secara kodarnya (paket) dari Allah SWT bahwa manusia selalu memiliki ego. Ego bila tidak dikendalikan maka menjadi merusak orang yang memiliki ego itu, namun jika dikendalikan, maka ego dapat mengarahkan kepada manusia untuk lebih positif dan produktif. Dengan kata lain ego itu tidak selamanya jelek dan berkonotasi negatif.
Permasalahannya adalah sekarang bagaimana kalau itu terjadi di dalam rumah tangga ?? nah saya akan mengupas sedikit kaitannya dengan bagaimana dilihat dari kacamata Islam, sbb saya yakin andapun dulu nikah dan bersuamikan orang Islam bukan ???. Karena mailist ini berafiliasi ke Islam, maka solusi yang saya sarankan nantinya adalah menurut kacamata Islam.
Dalam berkeluarga (suami maupun istri) - jika dikembalikan kepada visi dan misi pernikahan yang islami, maka sikap ego itu sebenarnya tidak perlu muncul atau dominan di tengah perkawinan seseorang, karena apa ?? karena masing-masing peran itu ada tugas masing-masing yang berbeda dan tidak mungkin berbenturan satu dengan yang lain. Coba misalnya kita ambil contoh : tugas memasak di dalam rumah tangga. Sudah otomatis itu menjadi tugas istri, karena tugas suami adalah mencarikan nafkah. Dimana berbenturannya ego ?? sebenarnya tidak ada.!!! Masalah bekerja misalnya : suami tidak mungkin memaksa istrinya untuk bekerja menambah kocek rumah, sementara ini adalah tugas dan kewajiban dia. Dimana ada berbenturan ego ?? Pengertian saya adalah dengan kasus anda ini adalah, ego dimana satu dengan yang lain tidak mau ngalah, sehingga kehidupan anda tidak harmonis. Kalau mungkin masalah2 kecil, misalnya : Suami melihat TV channel A, sedang anda maunya B, maka sebagai istri yang sholehah, tentu anda mengalah, atau kalau mau dibilang setengah sholehah, yah bilang saja "Abi beli satu TV lagi dong, saya kan jadi terganggun lihat telenovelanya kalau abi selalu nongkrong di TV" - itu kan cukup, apanya yang mesti dibawa kepada ego ???
Mungkin kasus lain, mendidik anak, maka karena istri adalah sebagai wakil suami dirumah yang tugasnya, salah satunya adalah menjaga harta suami dan menjaga kehormatan dirinya thd orang lain, maka tentu mendidik anak adalah menjadi tugas istri, bukan tugas suami yang sudah seharian bekerja. Apakah suami setelah capek mencari nafkah, dirumah masih dibebani lagi dengan tambahan pekerjaan mendidik anak ??? - namun kalau dalam pendidikan akhlak, maka suamilah yang harus berperan, karena dia bertugas sebagai kepala rumah tangga dan dia adalah Imam di dalam RT. So What else ?? yang mesti di bawa kepada ego ???? Jd kalau masing2 peran, dipahami, tidak mungkin akan timbul ego, sebab satu dan lainnya memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda.
Apakah anda sebagai istri tahu tugas-tugas besar seorang istri di dalam rumah tangga ?? kalau belum ini sekilas garis besarnya :
1. Takwa kepada Allah SWT
2. Mengenal dan memahami suami
3. Taat kepada suami dan menjaga kehormatan keluarga jika bergaul
4. Bersikaplah Qona'ah (merasa cukup) - apapun : Ekonomi, sifat suami, Wajah suami, Kepandaian suami, dll
5. Menjaga harta (barang dan anak-anak) dan menjaga amanah yang diberikan suami
6. Melayani suami dan menguruskan rumah tangganya dengan baik
7. Flexible dalam menerima pendapat suami
8. Menyenangkan hati suami (penampilan, pelayanan, dsb)
9. ....... dll
Jika sudah tahu tugas ini, mustahil akan berbenturan dengan ego masing-masing. Memang dalam kehidupan modern dan derasnya dorongan budaya barat tentang 'Persamaan Haq' - 'Emansipasi Wanita' - HAM, dll itu, akan mendorong wanita akan bertindak berlebihan, sehingga tidak tahu batas-batas mana-mana yang ini melanggar syariat, dan mana2 yang tidak. Coba bayangkan ketika persamaan haq digelindingkan oleh orang2 NONIS (Non Islam) - maka sekarang kebanyakan istri2 sudah tidak betah lagi di rumah, mereka lebih senang bekerja, meskipun bukan uang yang mereka cari, tapi lingkungan yang mereka cari. ARtinya ketika istri bekerja, maka dia memperoleh lingkungan, ada teman ngrumpi, ada teman yang bisa di ajak curhat, dll. Meskipun tidak semua wanita spt ini, namun ini adalah ekses, ketika wanita modern menuntut kepada kaum laki2 persamaan haq. Banyak wanita perkantoran yang akhirnya keluar dari nilai2 syariat, misalnya : pulang larut malam, ketemu suami di rumah sudah sama2 loyo, istri tidak sungkan berhaha-hihi-hehe di kafe dengan kelompoknya, laki perempuan campur baur tidak kenal batas dan ratusan lagi ekses yang timbul sebagai akibat tuntutan istri thd persamaan haq, emansipasi, HAM dsb itu.
Nah oleh sebab itu, sebagai wanita, ada baiknya menjaga diri dari fitnah, dan mencoba menjadi pendamping suami yang baik, sehingga suami tidak ada kesempatan lagi untuk bermaksiat. Jika itu yang terjadi, maka istri ini boleh dikatakan sbg istri yang berhasil. Lalu bgm untuk mendapat suami yang bisa membawa keluarga : Sakinah-madah-warohmah ?? maka jawabnya adalah : sebelum nikah, maka sebaiknya pilih suami yang memenuhi syarat2 islami. Apa itu ?? yaitu pilih suami yang dengan kriteria sbb :
a). Pilihlah suami yang agamanya baik
b). Pilih suami yang akhlaknya baik (takwa)
c). Pilih suami yang selalu menjauhi maksiat, baik yang kecil maupun besar. (mis : menghindar melihat seronok dangdut, tidak minum khomer, jauh dari dzina, dll)
d). Kuat semangat membela agamanya
e). Lihat keluarganya dari keluarga yang shalih
f). Dia to'at kepada orang tua (sendiri maupun calon mertua)
g). Mandiri dalam ekonomi
h). Kualitas intelegensi/pendidikannya setara atau lebih tinggi
i). Dewasa (mampun mengendalikan emosi)
j). Cerdas dan efisien dalam pengambilan keputusan
k). ........dll
Jika syarat2 untuk mendapatkan suami ini sudah dipahami, maka cari tipe suami yang spt ini. Namun tidak sedikit ahwat atau muslimah yang awalnya terjebak dalam pencarian yang 'rupawan' dulu, alias emosinya mengedepan dari pada nalarnya. Akibatnya setelah didapat yang rupawan, dan tanpa mempertimbangkan yang lain-lain, maka kandaslah bahtera di tengah jalan dan bubarlah rumah tangganya. Apa yang di dapat ?? tidak ada kecuali status 'janda'........ masih mending kalau cuma cerai ?? kalau ada KDRT apa untungnya dapat yang beginian ?? Hm .................
Nah maka mari, mulai pelan2 kita evaluasi kenapa saya memiliki suami yang ego ?? apakah dulu saya memilih yang sudah benar ?? ataukah waktu itu saya hanya memilih berdasar emosi saja ?? atau saya hanya dipaksa nikah dengan orang yang tidak saya sukai ?? atau apa ?? mari kita muasabah (menimbang) dan mengevaluasi lagi. Mudah2an kita bisa lebih mengedepankan ruhiyah kita dengan mengharap keridhoan Allah SWT dari pada harus mengedepankan emosi untuk menaklukkan suami agar egonya tidak dominan .............., semoga bermanfaat, kalau ada yang mau meluruskan atau menambah dipersilahkan - Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahatullahi wabarakatuh.
Baz
Rabu, 01 Juli 2009
Apakah ada sumpah Pocong dalam Islam ??
From: "apri kurniawan"
To:
Subject: minta pendapat
> Assalamu'alimum
>
> Pak ustadz saya mau nanya.
> singkat aja, ada ga sih sumpah pocong dalam islam ? dalil
> nya apa aja
> terima kasih atas jawabannya
>
> Wassalamu'alaikum
*******************************
Jawab :
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Mas Apri, terima kasih sudah menyurati kami, dan kami coba untuk menjawab sejauh pengetahuan kami dan brkali nanti ada ustadz lain yang ingin meluruskan atau menambahkan, walahualam. Namun dari pertanyaan anda dapat kami jawab sbb :
1). Di dalam keyakinan Islam, sejauh pengetahuan saya belum pernah ada siroh (sejarah) para nabi dulu dan pada jaman khalifah yang melakukan apa yang disebut 'sumpah pocong'. Kita semua tahu bahwa sumpah pocong itu sering terdengar di telinga kita ketika ada orang yang di tuduh melakukan sesuatu, namun orang tersebut menyangkalnya, maka kadang ybs dipaksa melakukan sumpah pocong. Tuduhan ini biasanya tergolong serius, baik itu manyangkut, harta maupun harga diri, kesaksian dll. Jadi orang yang di sumpah pocong ialah biasanya adalah orang yang diminta keberaniannya mempertanggung jawabkan sesuatu tuduhan di hadapan Allah, namun dengan cara yang unik. Yaitu dengan di kafani (dipocong) lalu di bacakan bacaan tertentu (walahualam) - dan diminta sumpah, jika ybs berbohong maka musibah kematian akan menimpanya.
Nah ritual, semacam itu sejauh pengetahuan saya, saya belum pernah menemukan dalam tuntunan syariat, bgmana melaksanakan 'sumpah pocong' dll-nya. Melihat langsungpun saya belum pernah, kecuali melihat sekilas di TV. Jadi apa yang dilakukan dan urutannya apa saja dalam sumpah pocong, saya kurang mengetahui.
2). Di tuntunan syariat Islam yang ada bukan 'Sumpah Pocong' tetapi adalah : MUBAHALAH (mengutuk) atau kadang disebut LI'AN. Apa itu mubahalah / li'an ?? yaitu : memohon kutukan kepada Allah SWT untuk dijatuhkan kepada orang yang salah/dusta, sebagai bukti kebenaran salah satu pihak. Dalilnya adalah : Suroh Ali Imron : 61 : "Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya lanat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (QS. 3:61).
Jadi mubahalah itu adalah sebuah proses justifikasi untuk menguji kebenaran atas sesuatu yang disengketakan, entah itu pendapat, entah itu Harta waris, entah itu apapun yang di klaim oleh 2 pihak atau lebih dan tidak diketahui siapa yang benar. Jadi kalau mau disimpulkan dalam bahasa akademik, bahwa mubahalah adalah sebuah klarifikasi untuk mendapatkan pembenaran yang dilakukan dengan saksi dan dihadapan Allah SWT yang mana mencari siapa yang benar (haq) dan siapa yang salah. Bagi yang salah maka dia akan dikutuk dan akan mendapat azab yang besar dari Allah SWT. Jaman Rasulullah, mubahalah ini pernah dilakukan antara Rasullullah dengan kaum Kristen / Nasrani. Waktu itu kaum kristen najran datang kepada nabi, lalu Nabi Muhammad menyeru kepada mereka untuk memeluk Islam dan membacakan beberapa ayat Al-Qur'an tentang Isa bin Maryam. Ketika mereka menolak seruan itu, maka turunlah surah Ali Imron 3:61. Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad untuk melakukan Mubāhalah dan orang-orang Kristen inipun setuju untuk melakukan Mubāhalah.
Keesok harinya Nabi Muhammad, Ali, Fatimah dan keluarganya turut ikut serta dalam proses Mubāhalah. Akan tetapi pihak Kristen membatalkan niat mereka dan memilih membayar jizyah daripada melakukan Mubāhalah. Mereka ketakutan karena sangsinya memang tidak main-main.
Jadi dalam Mubahalah itu yang disyaratkan adalah : 1) harus ada yang di sengketakan 2). Dilakukan dengan saksi 3). Dibawa seluruh keluarga dari masing2 pihak 4). Berani menerima sangsi dari Allah SWT berupa Azab / Musibah.
Demikian jawaban sekilas ini, mudah2an bermanfaat dan jika ada yang ingin meluruskan atau menambahi, saya sangat berterima kasih, Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahatullahi wabarakatuh.
Baz
To:
Subject: minta pendapat
> Assalamu'alimum
>
> Pak ustadz saya mau nanya.
> singkat aja, ada ga sih sumpah pocong dalam islam ? dalil
> nya apa aja
> terima kasih atas jawabannya
>
> Wassalamu'alaikum
*******************************
Jawab :
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Mas Apri, terima kasih sudah menyurati kami, dan kami coba untuk menjawab sejauh pengetahuan kami dan brkali nanti ada ustadz lain yang ingin meluruskan atau menambahkan, walahualam. Namun dari pertanyaan anda dapat kami jawab sbb :
1). Di dalam keyakinan Islam, sejauh pengetahuan saya belum pernah ada siroh (sejarah) para nabi dulu dan pada jaman khalifah yang melakukan apa yang disebut 'sumpah pocong'. Kita semua tahu bahwa sumpah pocong itu sering terdengar di telinga kita ketika ada orang yang di tuduh melakukan sesuatu, namun orang tersebut menyangkalnya, maka kadang ybs dipaksa melakukan sumpah pocong. Tuduhan ini biasanya tergolong serius, baik itu manyangkut, harta maupun harga diri, kesaksian dll. Jadi orang yang di sumpah pocong ialah biasanya adalah orang yang diminta keberaniannya mempertanggung jawabkan sesuatu tuduhan di hadapan Allah, namun dengan cara yang unik. Yaitu dengan di kafani (dipocong) lalu di bacakan bacaan tertentu (walahualam) - dan diminta sumpah, jika ybs berbohong maka musibah kematian akan menimpanya.
Nah ritual, semacam itu sejauh pengetahuan saya, saya belum pernah menemukan dalam tuntunan syariat, bgmana melaksanakan 'sumpah pocong' dll-nya. Melihat langsungpun saya belum pernah, kecuali melihat sekilas di TV. Jadi apa yang dilakukan dan urutannya apa saja dalam sumpah pocong, saya kurang mengetahui.
2). Di tuntunan syariat Islam yang ada bukan 'Sumpah Pocong' tetapi adalah : MUBAHALAH (mengutuk) atau kadang disebut LI'AN. Apa itu mubahalah / li'an ?? yaitu : memohon kutukan kepada Allah SWT untuk dijatuhkan kepada orang yang salah/dusta, sebagai bukti kebenaran salah satu pihak. Dalilnya adalah : Suroh Ali Imron : 61 : "Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya lanat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (QS. 3:61).
Jadi mubahalah itu adalah sebuah proses justifikasi untuk menguji kebenaran atas sesuatu yang disengketakan, entah itu pendapat, entah itu Harta waris, entah itu apapun yang di klaim oleh 2 pihak atau lebih dan tidak diketahui siapa yang benar. Jadi kalau mau disimpulkan dalam bahasa akademik, bahwa mubahalah adalah sebuah klarifikasi untuk mendapatkan pembenaran yang dilakukan dengan saksi dan dihadapan Allah SWT yang mana mencari siapa yang benar (haq) dan siapa yang salah. Bagi yang salah maka dia akan dikutuk dan akan mendapat azab yang besar dari Allah SWT. Jaman Rasulullah, mubahalah ini pernah dilakukan antara Rasullullah dengan kaum Kristen / Nasrani. Waktu itu kaum kristen najran datang kepada nabi, lalu Nabi Muhammad menyeru kepada mereka untuk memeluk Islam dan membacakan beberapa ayat Al-Qur'an tentang Isa bin Maryam. Ketika mereka menolak seruan itu, maka turunlah surah Ali Imron 3:61. Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad untuk melakukan Mubāhalah dan orang-orang Kristen inipun setuju untuk melakukan Mubāhalah.
Keesok harinya Nabi Muhammad, Ali, Fatimah dan keluarganya turut ikut serta dalam proses Mubāhalah. Akan tetapi pihak Kristen membatalkan niat mereka dan memilih membayar jizyah daripada melakukan Mubāhalah. Mereka ketakutan karena sangsinya memang tidak main-main.
Jadi dalam Mubahalah itu yang disyaratkan adalah : 1) harus ada yang di sengketakan 2). Dilakukan dengan saksi 3). Dibawa seluruh keluarga dari masing2 pihak 4). Berani menerima sangsi dari Allah SWT berupa Azab / Musibah.
Demikian jawaban sekilas ini, mudah2an bermanfaat dan jika ada yang ingin meluruskan atau menambahi, saya sangat berterima kasih, Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahatullahi wabarakatuh.
Baz
Langganan:
Postingan (Atom)